masukkan script iklan disini
Fokus Kabar (Indramayu) - Dikutip dari beberapa media online, Ramai jadi sorotan sebelumnya dan sempat viral, lantaran menumpuknya antrian Derigen di shelter pengisian SPBU Limbangan, Kecamatan Junti, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, kini tidak terlihat lagi satupun antrian pembeli solar subsidi. Suasana di tempat pengisian kini kembali nnormal, diketahui praktik kotor tersebut sudah berjalan bertahun-tahun. jumat 20/12/2024
Mencuatnya dugaan praktik penimbunan yang diduga ada kerjasama antara oknum pengurus SPBU dengan pengepul solar, berawal dari keresahan masyarakat Desa Lombang yang mengeluhkan sering terjadinya kekosongan BBM jenis solar untuk kebutuhan pertanian dan nelayan kecil.
Abdul goni 54 tahun asal Desa Limbangan, Kecamatan Junti, Kabupaten Indramayu menyampaikan kepada wartawan, praktik dugaan penimbunan solar tersebut sudah terjadi bertahun-tahun, ia mengungkapkan modusnya dengan meminjam surat izin pembelian BBM jenis subsidi milik nelayan kecil di wilayah Kecamatan Junti.
"Solar itu di beli di SPBU Lombang, lalu di angkut menggunakan motor ke tempat penampungan. Modusnya dia itu meminjam surat izin pembelian solar subsidi milik nelayan dan informasinya memberikan kompensasi bulanan dari 300 ribu sampai 100 ribu untuk setiap surat (Barcode), dan itu sudah berjalan lama," Ucapnya.
Lanjut Goni, "Akibat ulah oknum yang sengaja menguntungkan pribadi, petani dan nelayan kecil di wilayah Junti mengeluh," Imbuhnya.
Lebih lanjut saat di temui Lurah Desa Limbangan mengatakan, aktifitas penimbunan solar di wilayahnya tersebut baru diketahui setelah viral di media sosial, dirinya juga mengingatkan kepada warganya agar tidak ikut campur serta tetap menjaga kondusifitas.
"Tadi jam 10 an barusan saya baru beli solar, alhamdulillah langsung dilayani, tidak antri dan stoknya aman. Padahal kemarin jam 9 pagi saja sudah habis. Saya lihat tadi tidak ada derijen yang menumpuk untuk diisi solar,” kata Lurah Karim kepada wartawan jumat (20/12) dirumahnya.
Lurah Karim mengaku lega, karena sekarang warganya tidak lagi mengeluh dan kesulitan membeli solar. Biasanya, jika stok di SPBU Limbangan habis, warganya terpaksa membeli solar ke pengepul didesanya dengan selisih harga yang cukup besar. “Kalau beli di SPBU 30 liter harganya Rp 204.000, sedangkan beli diluar Rp 215 untuk 27 liter. Sekitar Rp 35.000 selisihnya untuk pembelian 30 liter,” terang Lurah Karim.
Karim mengaku bersyukur dan mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu lancarnya kembali ketersediaan solar bersubsidi, khususnya untuk para wartawan yang telah mengkritik positif dan memberitakan terkait ketersediaan dan distribusi solar bersubsidi yang sering kehabisan stok di SPBU Limbangan. “Terimakasih wartawan,” tutup Lurah Karim.
(JN)